Mengatasi Kecanduan Pornografi pada Anak
Mengenali Adiksi Pornografi
Di negara yang menganut agama cukup kuat atau pada dunia anak dimana
masih ada rasa takut yang cukup tinggi ketika mereka melanggar hal-hal
yang sebenarnya tidak boleh mereka lakukan, pornografi merupakan sesuatu
yang salah dan harus disembunyikan. Ketika mereka melihat pornografi
sekali saja, mereka tentu tidak ingin mengatakan hal tersebut pada orang
tua mereka. Apalagi ketika mereka telah kecanduan. Dengan dasar ini
kita bisa merumuskan sejumlah tanda-tanda kecanduan pornografi sebagai
berikut.
Ciri-ciri kecanduan pornografi sebagai berikut.
- Menarik diri dari pergaulan.Karena rasa bersalah atau malu, anak yang kecanduan pornografi akan lebih menarik diri dari pergaulan. Mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu sendirian dan sangat sensitif tentang privasi mereka. Sikap ini dapat berwujud dalam tindakan tidak mengizinkan siapapun masuk ke kamar mereka atau berlama-lama di dalamnya.
- Cara mereka melihat wanita / lawan jenis.Ketika memandang wanita mereka akan lebih terfokus pada anggota tubuhnya. Memang agak sulit melihat gejala ini, akan tetapi jika diperhatikan baik-baik maka perilaku seperti ini dapat dikenali.
- DepresiAdiksi ini menyiksa mereka. Mereka pun akan lelah karena harus terus menutupi kebiasaan yang mereka nilai buruk ini. Dengan demikian mereka akan lebih mudah tersinggung dan marah, tidak suka ditanya soal dirinya dan sering tidak mau diganggu. Mereka pun akan lebih menyendiri dan memiliki kepercayaan diri yang menurun, serta menjadi pemurung.
- Cara berbicara yang menggunakan kata-kata tidak senonoh.Bisa juga dengan memperhatikan cara mereka berbicara dengan teman-temannya. Apakah menggunakan kata-kata yang sifatnya seksual dan seberapa sering mereka menggunakannya. Ini bisa menjadi indikator.
- Memeriksa history alamat situs komputer Anda.Cara ini untuk mencari tahu seberapa jauh akses anak terhadap pornografi.
- Memeriksa SMS.Seringkali anak yang kecanduan ber-SMS dengan teman-temannya dengan menggunakan kata-kata yang tidak senonoh atau mengarah pada seksualitas.
- Bertanya.Cara yang paling
baik menurut Mr. Hyde adalah hanya dengan menanyakan kepada anak. Bukan
dalam suasana yang menghakimi tapi dalam sebuah obrolan hangat.
Tanyakan seberapa kenalkah anak dengan pornografi dan jangan lantas
marah. Mereka bisa jadi dikenalkan dan bukan mencari pornografi
sendiri. Beritahu dengan baik dan penuh kasih sayang mengenai mengapa
mereka tidak boleh mengakses pornografi. Hal ini akan membangun
kepercayaan anak pada kita dan memperkuat hubungan orang tua dan anak.
Menangani Adiksi Pornografi
Pemahaman dasar yang harus dipahami terlebih dahulu oleh semua oang
tua adalah bahwa ADIKSI TERHADAP PORNOGRAFI MENYIKSA MENTAL ANAK. Anak
yang mengalami adiksi akan sangat ingin berhenti namun terus saja gagal
tanpa bantuan. Pemahaman ini memang sangat sulit untuk
diinternalisasikan karena begitu banyak nilai-nilai susila dalam benak
kita yang secara otomatis menolak pornografi sehingga sangat wajar
ketika orang tua mengetahui anaknya bersentuhan dengan pornografi,
reaksi yang pertama muncul adalah amarah luar biasa. Faktanya, hukuman
dan amarah TIDAK MENYELAMATKAN anak dari adiksinya.
Penerimaan merupakan kunci yang paling awal. Orang tua harus
membenahi persepsi mereka tentang adiksi dan jangan serta-merta
melihatnya hanya sebagai sebuah kesalahan, sebuah dosa, sebuah hal yang
menjijikkan. Persepsi dan sikap yang harus menjadi landasan awal adalah
bahwa anak perlu pertolongan dan mereka hampir putus asa menolong
dirinya sendiri. Mr. Hyde mengatakan bahwa tidak ada orang yang membenci
adiksi selain orang yang kecanduan itu sendiri. Anak yang kecanduan
pornografi benci akan kencanduannya dan sangat ingin keluar darinya. Ia
tersiksa diperbudak oleh adiksi dan merasakan kehampaan dalam hidup.
Mereka depresi dan tanpa pertolongan, mereka bisa mengambil keputusan
yang salah.
Kasih sayang adalah obat yang paling manjur. Sejumlah sekolah
sert-merta men-DO siswanya yang tertangkap melakukan hal yang sifatnya
pornografi, padahal itu tidak menyelesaikan masalah. Itu akan
mempermalukan sang anak dan ia akan semakin menutup diri sehingga
semakin sulit untuk menolongnya. Hukuman dan amarah hanya akan menambah
siksaan. Pertolongan dan kasih sayang lah yang menyelamatkan.
Kita tidak akan bisa melindungi anak dari media dan hal-hal yang
beredar dalam media tidak dapat kita kontrol. Kadang pornografi muncul
secara tersirat kadang terang-terangan. Oleh karena itu kita harus bisa
membekali anak agar tidak digoyahkan atau hanyut oleh apa yang disajikan
media. Caranya adalah dengan kejujuran. Katakan pada anak dengan jujur
tentang seks, tentang kekhawatiran kita, tentang dampak yang bisa mereka
peroleh dari sebuah keputusan yang salah.
Mr. Hyde mengatakan bahwa ia berbicara pada anaknya tentang seks.
Beliau mengatakan bahwa seks memang sangat enak, tetapi hanya jika
dilakukan di saat yang tepat. Beliau menganalogikannya dengan mobil.
Mana yang lebih baik, mendapat mobil rongsokan hari ini yang bisa
membahayakanmu, atau menunggu beberapa tahun untuk mendapat sebuah
Porche? Menerima mobil rongsokan hari ini hanya akan membuat kita lelah
dan terancam bahaya. Pada akhirnya kita tidak akan pernah merasakan
nikmatnya membawa mobil. Tapi jika ingin menunggu, maka kenikmatan yang
akan kita dapatkan pun akan sangat luar biasa. Beliau juga menjelaskan
tentang kaitan hubungan seksual dengan cinta dan komitmen. Seks akan
terasa sangat nikmat jika diiringi dengan cinta dan komitmen. Kenikmatan
yang disajikan oleh media pornografi manapun tidak akan bisa menandingi
rasa damai yang hadir dari kepuasan seks yang diiringi cinta dan
komitmen. Seks juga akan semakin luar biasa ketika berdampingan dengan
nilai spiritual kita. Melakukan seks tanpa takut dosa sehingga rasa yang
hadir pun menjadi sangat mendamaikan jiwa.
Hal sederhana yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah adiksi
pornografi adalah dengan menunjukan ekspresi cinta dan kasih sayang
antara satu sama lain di depan anak-anak. Bukan melakukan kegiatan
seksual di depan anak, tapi menunjukan cinta dalam kata-kata, ketika
berbicara dengan suami atau istri, saling tersenyum, mengecup dahi, dan
mengatakan betapa sebagai pasangan mereka saling mencintai. Ini akan
membangun sebuah nilai di benak anak mengenai hubungan yang benar antara
2 orang manusia. Mereka akan menginginkan hal itu dan akan merasa jijik
ketika melihat aksi pornografi yang sifatnya seperti ‘binatang’.
Anak yang sudah terlanjur adiktif, harus dibantu dengan kasih sayang
dan kesabaran. Butuh waktu bagi mereka untuk kembali menormalkan
dopamine mereka. Butuh latihan untuk menjadi bisa dan sebagai orang tua,
kita harus selalu siap mendampingi. Izinkan anak berbicara dengan
leluasa tentang penderitaannya dan hargai perasaannya. Jangan menghakimi
atau menghukum, tapi bantu. Jika orang tuanya tidak membantu, maka ia
pun bisa mencari bantuan dari tempat yang salah, yang bukannya
menyelamatkan, tetapi semakin membahayakan.
Virus Pornografi
Perkembangan teknologi informasi yang paling nyata terasa memudahkan
proses transfer informasi adalah internet. Jika dahulu kita harus
menunggu berhari-hari untuk mengirimkan sebuah pesan melalui jalur pos,
saat ini cukup dalam hitungan detik dan hanya dengan sekali klik saja.
Internet merupakan terobosan yang luar biasa dalam sejarah hidup
manusia. Sebuah kemudahan yang membuat ritme kehidupan menjadi serba
cepat. Sebuah inovasi yang merubah kehidupan bukan hanya dari sisi
‘kecepatan’ saja tetapi juga berdampak pada pola interaksi manusia.
Dampak lain dari internet adalah tidak terkontrolnya informasi yang
bisa diterima siapa saja. Siapapun yang bisa mengakses internet maka
akan memiliki peluang untuk ‘dicemari’ oleh informasi yang tidak
seharusnya. Tidak ada yang bisa mengontrol konten apa saja yang diunggah
ke internet. Tidak ada pula yang bisa mengontrol siapa yang boleh atau
tidak boleh membuka internet. Belum ada komputer yang bisa
mengidentifikasi penggunanya berdasarkan usia lalu senantiasa memblok
situs-situs dewasa agar ia tidak bisa mengaksesnya. Meskipun orang tua
menetapkan aturan, dalam waktu-waktu dimana anak tidak sedang dalam
pengawasan, tidak ada yang bisa memastikan apa yang bisa ia dapat dari
internet.
Seminar yang mengundang tema yang cukup ‘sexy’ ini diawali dengan
penjabaran data mengenai maraknya pornografi di internet. Inilah salah
satu bukti ketidakmampuan kita mengontrol konten yang ada di internet.
Bahkan pornografi pun bisa menjadi sebuah industri yang berjaya melalui
internet. Sebuah fenomena yang sebenarnya haram dan dianggap menjijikkan
oleh sebagian besar orang, justru bisa menjadi sangat produktif dan
laku melalui internet. Mengapa? Karena internet bisa diakses secara
privat. Tidak ada yang melihat dan akhirnya tidak perlu khawatir atau
malu ketika siapapun mengakses pornografi darinya.
Dipaparkan oleh ibu Elly Rusman, seorang psikolog anak, mengenai pola
kehidupan yang umumnya dialami oleh anak zaman sekarang. Orang tua
sama-sama bekerja, rumah yang difasilitasi dengan internet, pulang
sekolah tidak ada siapa-siapa selain pembantu, komputer disediakan di
kamar, tidak ada yang memantau apa yang mereka lakukan dengan komputer
dan internet itu. Bahkan melalui handphone kini siapapun bisa mengakses
internet. Perangkat yang sifatnya personal itupun tidak bisa dipantau 24
jam apa saja yang keluar masuk darinya. Dengan kata lain, anak-anak
memiliki peluang yang sangat luas untuk mengakses dunia maya yang sarat
dengan informasi yang tidak terkontrol itu.
Inilah asal-muasalnya kecanduan pornografi pada remaja. Secara
mengejutkan dipaparkan bahwa hampir 70% remaja di Indonesia sudah pernah
mengakses pornografi baik melalui internet maupun media lainnya
(majalah, DVD). Data yang dikumpulkan dari anak usia 12-17 tahun itu
cukup membuat peserta terkaget-kaget. Jadi dapat dikatakan hampir semua
anak dari peserta yang hadir sudah pernah mengakses pornografi. Data
lain yang cukup mengejutkan adalah bahwa Indonesia merupakan uploader
terbesar video porno anak di bawah umur! Bayangkan, di sebuah website
yang menjadi pool dari video-video tersebut terpampang ribuan anak SMP,
mengenakan seragam, sedang melakukan hubungan seksual. Lokasinya pun
bervariasi. Ada yang melakukannya di kamar hotel, di mobil temannya, di
tangga sekolah, dan semuanya direkam oleh teman sebayanya. Lalu ada pula
anak SMP yang berhubungan seks dengan supir jemputannya, dengan lelaki
paruh baya, sesama jenis, bahkan dengan binatang. Sangat mengejutkan
memang, tapi itulah kenyataannya. Website ini pun diakses oleh jutaan
pengguna di seluruh dunia.
Fenomena lain adalah pornografi yang berkedok website anak-anak. Ada
sebuah website, sebagai salah satu contoh, yang merupakan website paling
sering diakses oleh anak-anak. Tadinya website ini adalah sebuah
website anime Jepang yang bernama Naruto. Isinya gambar-gambar Naruto
bertarung melawan musuh-musuhnya. Tapi ada website lain dengan alamat
yang mirip yang juga berisikan gambar-gambar Naruto hanya saja bukan
sedang melawan musuh, tetapi sedang berhubungan seksual dengan karakter
anime lainnya. Website ini memiliki angka akses yang cukup mengagumkan
dan bahkan sudah menjadi pembicaraan yang biasa saja di kalangan remaja.
Di samping situs, pornografi juga berjangkit di dunia game online.
Internet yang memfasilitasi anak dengan berbagai game online. Mulai dari
Counter Strike, game-game lain dengan karakter berbusana sexy, tidak
ada yang bisa menjamin anak di bawah umur tidak memainkannya. Lebih
parah lagi ada sebuah game online bernama “Rape Play”, dimana dalam game
tersebut pemain ditugaskan untuk memperkosa perempuan
sebanyak-banyaknya. Pilihan tindakan untuk aborsi atau tidak pun ada
dalam game ini. Bisa dibayangkan apa dampaknya bagi anak yang memainkan
game tersebut.
Penyebaran virus pornografi ini sudah merebah-ruak di berbagai
negara. Di Amerika sendiri, menurut pemaparan Randy Hyde, anak-anak yang
menderita adiksi terhadap pornografi cukup banyak dan beberapa di
antaranya berakhir dengan bunuh diri. Mengapa? Karena adiksi itu membawa
mereka ke sebuah kehampaan dan kehilangan gairah hidup. Mereka tidak
bisa mendapat pertolongan karena reaksi orang tua yang umumnya
menghakimi atau menghukum mereka padahal sebenarnya mereka memohon
pertolongan. Ini juga menjadi isu penting. Proses adiksi menghancurkan
jiwa-jiwa remaja dan bagaimana orang tua bersikap juga menjadi bagian
dari pembahasan yang hangat dalam sesi seminar ini.
Pikiran dan Pornografi
“Every thought has a consequence”, begitu kata Randy Hyde
ketika mengawali penjelasannya soal dampak pornografi. Lalu bagaimana
jika “thought” tersebut adalah pornografi? Bagaimana jika thought of
pornography itu ada di benak anak-anak atau remaja? What’s the consequence?
“Thought creates feeling and feeling creates action”, begitu
lanjut Mr. Hyde. Ketika sesuatu masuk ke dalam pikiran kita, maka
secara otomatis emosi kita akan memberikan penilaian terhadap sesuatu
tersebut. Misalnya sebuah gambar wanita cantik dihadapkan pada kita dan
informasi gambar tersebut masuk ke dalam pikiran. Emosi kita akan
menilai apakah gambar itu bagus atau tidak, apakah wanita itu cantik
atau tidak, sampai pada akhirnya bisa memunculkan niat untuk menjadi
seperti wanita cantik itu. Produk yang muncul adalah perilaku kita yang
mempercantik diri atau berdandan mirip dengan foto. Atau setidaknya
cukup sampai dengan keinginan untuk mengimitasi gaya wanita itu.
Informasi itu hidup dan menggerakkan kita. Lalu bagaimana jika informasi
itu adalah pornografi? Pornografi dapat membangkitkan rasa yang luar
biasa. Bisa membangkitkan gejolak yang membutakan dan pada akhirnya bisa
memunculkan produk berupa perilaku yang dilatarbelakangi oleh gejolak
itu.
Adiksi Merusak Otak
Apa itu adiksi? Kecanduan. Lalu bagaimana mekanisme kecanduan itu
terjadi di psikis kita? Ada beberapa macam enzim yang dilepaskan oleh
otak kita terkait dengan rasa dan kenikmatan. Yang pertama adalah Dopamine.
Ketika kita merasakan sesuatu yang menyenangkan dopamine akan
dilepaskan. Misalnya, ketika pagi hari kita bangun tidur lalu mandi dan
mencium aroma sabun mandi yang enak sekali, maka sejumlah dopamine
dilepaskan. Dopamine itulah yang membuat kita merasa nikmat karena aroma
tersebut. Lalu kita akan kembali ke situasi normal. Kemudian ketika ke
kantor kita bertemu dengan orang-orang yang ramah dan menyenangkan.
Sejumlah dopamine akan dilepaskan kembali.
Dalam situasi normal kenaikan dan penurunan dopamine adalah seperti
yang terlihat di grafik di atas. Tingkat ini tidak mengganggu. Dopamine
akan naik dan turun tanpa mengganggu kesehatan atau kestabilan normal
mental seseorang. Namun keadaannya tidak demikian jika seseorang
kecanduan akan sesuatu. Sebagai contoh, ketika seseorang kecanduan
Heroin, maka dopamine yang dilepaskan oleh otak jumlahnya akan berkali
lipat lebih besar dari jumlah normalnya. Dengan demikian, sistem limbik
di otak kita akan membentuk sebuah pola baru dimana ia akan terbiasa
dengan tingkat kesenangan yang sangat tinggi. Jika demikian, maka
tingkat kesenangan normal, seperti kesenangan akibat aroma sabun,
keramahan orang lain, atau makanan yang lezat, tidak akan terasa sama
sekali. Pengguna heroin akan terus menagih rasa senang yang sangat
‘tinggi’ itu dan merasa sangat menderita ketika tidak mendapatkannya.
Hal yang sama juga terjadi dengan adiksi terhadap pornografi. Sebuah
kesenangan yang melonjak tinggi, yang diperoleh dari gambar-gambar
porno, video, dan lain-lain, membuat dopamine yang dilepaskan dalam
jumlah tinggi merubah sistem limbik di otak kita. Akibat dari adiksi ini
(dan juga adiksi apapun), akan berdampak pada fungsi-fungsi otak yang
lainnya seperti pengambilan keputusan dan beberapa fungsi lainnya.
Dengan adiksi ini, pecandu akan terus meminta sesuatu yang lebih dan
lebih sampai-sampai kehidupan normal yang tadinya sudah cukup
menyenangkan menjadi terasa hampa. Kondisi ini bisa mengarah pada
depresi.
Menurut DSM-IV, sebuah panduan pengukuran abnormalitas dalam
psikologi, kecanduan terhadap apapun terjadi melalui beberapa proses.
Pertama-tama ketika mencoba, seseorang akan merasakan gejolak yang
sangat tinggi. Ketika ia mencobanya berulangkali, maka lama-kelamaan
rasa gejolak itu semakin melemah dan ia pun menjadi terbiasa. Setelah
terbiasa, maka orang tersebut akan meminta sesuatu yang lebih tinggi
lagi dampaknya dari yang sebelumnya, dan begitu seterusnya. Sebagai
contoh dalam pornografi. Awalnya ketika melihat gambar orang telanjang,
akan merasa sangat bergejolak. Tapi berulangkali melihatkan akan membuat
orang yang melihat terbiasa. Akhirnya ia pun menginginkan sesuatu yang
lebih. Meningkatlah pada video pornografi. Untuk beberapa waktu memang
sensasi yang dihadirkan video tersebut cukup menyenangkan, tetapi
berulangkali melihat maka akan terbiasa dan orang tersebut pun akan
mencari yang lebih dari video. Dalam interaksi lawan jenis juga begitu.
Diawali dengan berpegang tangan sampai akhirnya terbiasa. Lalu karena
sudah terbiasa, maka ingin memegang yang lain dan terus demikian.
Setelah dopamine dilepaskan, enzim lainnya yang juga dilepaskan setelahnya adalah Norephinephrine. Enzim
ini berperan dalam hal mengingat sesuatu. Ketika kita mengalami sesuatu
yang menyenangkan maka dengan enzim ini kita akan mengingatnya.
Pengalaman dan rasa menyenangkan itu ‘diikat’ oleh enzim ini di otak
kita. Lalu enzim lainnya adalah serotonine yang berfungsi menghadirkan rasa damai. Enzim ini dilepaskan setelah kita mencapai kepuasan tertentu.
Dalam adiksi, enzim norephinephrine dan serotonine akan dilepaskan
setelah kepuasan puncak tercapai. Rasa damai itulah yang sebenarnya
‘dikejar’. Tuntutan yang berlebih terhadap rasa damai ini, menurut
penelitian yang dilakukan oleh Don Hilton, dapat merukan sejumlah bagian
depan otak yang berkaitan dengan fungsi pengambilan keputusan, rasio, act of will, dan disiplin diri.
Beberapa kasus yang cukup parah diungkapkan oleh Mr. Hyde. Seorang
remaja mengalami adiksi pornografi dan memulai dengan berhubungan
seksual dengan lawan jenisnya. Lama-kelamaan ia sudah tidak lagi
merasakan kenikmatan, ia pun mencoba berhubungan dengan sesama jenis.
Lama-kelamaan hal itupun sudah tidak menyenangkan lagi dan ia pun sampai
mencoba berhubungan seksual dengan binatang. Setelah semuanya ia coba
dan dirinya masih juga menagih sesuatu yang lebih besar, hidup terasa
hampa dan juga mengalami depresi, akhirnya anak tersebut melakukan bunuh
diri.
Kasus lain, seorang anak mengalami adiksi pornografi dan berusaha
mencari pertolongan. Ia pun berusaha mengkomunikasikan penderitaannya
itu kepada sang Ibu namun mendengar anaknya melakukan sesuatu yang tidak
senonok, ia pun marah dan mengancam akan memotong penis sang anak
apabila ia masih melakukan hal itu. Dua tahun kemudian sang anak pun
memotong penisnya sendiri.
Fakta Pornografi
Pornografi sering diterjemahkan sebagai gambar-gambar vulgar, video
seks, atau perilaku yang sifatnya menyentuh bagian tubuh tertentu. Makna
sebenarnya dari pornografi bukanlah demikian. Foto, video, dan perilaku
itu hanyalah media pornografi sementara yang menjadi adiksi dari
pornografi itu sendiri adalah sensasi yang dihadirkan oleh media-media
tersebut. Bukan gambar wanita telanjang yang menjadi masalah, tetapi
rasa yang dihadirkan ketika melihat gambar tersebut. Sama halnya dengan
kokain. Pecandu kokain tidak memuja kokain karena ia adalah serbuk putih
yang cantik dan indah, tetapi karena rasa yang bisa dihadirkan oleh
serbuk putih tersebut.
Pornografi adalah imajinasi. Semua yang terlihat di media pornografi
adalah hasil rekayasa dan dibuat sedemikian rupa sehingga membangkitkan
gairah yang tidak bisa ditolak atau dilawan. Ada kasus, seorang suami
yang kecanduan pornografi padahal istrinya sangat cantik dan bertubuh
indah. Yang menjadi masalah bukanlah ia merasa istrinya kurang cantik
tapi karena tuntutan dopamine yang menginginkan sesuatu yang lebih dari
sekedar istri yang cantik. Banyak wanita berpikir jika pasangannya
melihat pornografi maka ia merasa dikhianati. Suaminya tidak memuja
wanita dalam media pornografi yang ia lihat, tapi ia menikmati sensasi
yang hadir karenanya. Hal ini perlu dipahami untuk mengerti lebih jauh
tentang adiksi terhadap pornografi.
Bagus tulisannya
ReplyDeleteWaw
ReplyDelete